Rabu, 22 Juni 2011

Salahuddin Al Ayubi

Di dunia Barat, Salahuddin al-Ayyubi dikenal de ngan nama Saladin. Dia salah satu tokoh Islam yang disegani kawan dan lawan. Setelah Umar bin Khattab, Salahuddin adalah orang yang dapat merebut Yerusalem. 

Salahuddin al-Ayyubi lahir di Tikrit, Irak, pada 1138 Masehi. Ayahnya, Amir Najmudin al-Ayyubi, adalah keturunan suku Kurdi yang menjadi pejabat di Tikrit. Tak lama setelah kelahiran Salahuddin, keluarganya pindah ke Aleppo, Suriah, tempat ayahnya menjadi bawahan langsung Gubernur Nuruddin Zangi bin Aq Sonqur. 

Salahuddin tumbuh dan besar di Balbek dan Damaskus di bawah didikan ayah dan pamannya, Asaduddin Shirkhu. Sejak kecil, Salahuddin bisa menjawab dengan baik pertanyaan geometri, astronomi, aritmatika, dan hukum sebaik ia memahami Al-Quran. Dia mempelajari teologi Islam Sunni selama 10 tahun. Meski lebih menyukai pelajaran agama, Salahuddin mengikuti pendidikan militer. 


Ketika berusia 26 tahun, Gubernur Nuruddin mengirim Saladin dan pamannya ke Mesir untuk membantu Dinasti Fathimiyah menghadapi serangan tentara musuh. Tiga misi sulit dalam mempertahankan Mesir dari Raja Yerusalem, Almaric I, dia hadapi dan berhasil.
Karier militernya melonjak dengan cepat. Ia diangkat menjadi pejabat tinggi (wazir) Dinasti Fatimiyah. Ketika Khalifah Fatimiyah meninggal pada September 1171, Saladin diangkat menjadi imam oleh khalifah Dinasti Abbasiyah di Bagdad. Salahuddin memiliki kewenangan dan menjadi penguasa Mesir. Ia merevitalisasi perekonomian Mesir dan mengorganisasi ulang kekuatan militer. Ketika menjadi sultan di Mesir, ia memperluas wilayah kekuasaannya di Suriah, Mesopotamia, Damaskus, Aleppo, dan Mosul.
Beberapa sumber sejarah menyebutkan, Salahuddin adalah penggagas festival perayaan Maulid Nabi. Gagasan ini mulanya ditentang oleh para ulama karena peringatan seperti itu tidak pernah ada. Salahuddin menegaskan bahwa perayaan Maulid Nabi hanyalah kegiatan yang menyemarakkan siar agama, bukan perayaan yang bersifat ritual, sehingga tidak dapat dikategorikan bidah yang terlarang. Khalifah An-Nashir dari Kekhalifahan Abbasiyah setuju. Bagi Salahuddin, peringatan itu bisa mengembalikan semangat juang umat muslim untuk mengambil alih Yerusalem. Namun, menurut Encyclopedia Britannica, penggagas perayaan itu adalah ipar Salahuddin.
 
Salahuddin meninggal pada 3 Maret 1193 dalam usia 55 tahun karena sakit
Walau semasa hidupnya merupakan salah satu pemimpin Islam yang paling dermawan, ketika meninggal, Salahuddin nyaris tak memiliki harta. Menurut Hamilton A.R. Gibb dalam bukunya, The Arabic Sources for the Life of Saladin, Salahuddin tidak meninggalkan uang yang cukup untuk membiayai penguburannya sendiri.
Selama hidupnya, Salahuddin rendah hati dan bijak
Penduduk negeri-negeri taklukan diperlakukan dengan baik. Hartanya tidak dirampok. Sebagai penguasa, Salahuddin memperhatikan pembangunan di segala bidang, termasuk membangun masjid, istana, universitas, rumah sakit, pasar, taman, permukiman, dan tempat peristirahatan. Banyak peninggalan Salahuddin sekarang masih bisa dilihat di Mesir dan Suriah. 

1 komentar:

Anonim mengatakan...

terima kasih, infonya.

Posting Komentar